Written by Artikel
Friday, 01
November 2013 09:02
JAKARTA
– Sekitar 20% usaha kecil dan menengah (UKM) dalam negeri diyakini siap
menghadapi pasar bebas Asean 2015 melalui beragam produk kreatif dan inovatif
yang sudah dikembangkan sejak beberapa tahun lalu. Soebroto Hadisoegondo,
Tenaga Ahli pada Kementerian Koperasi dan UKM, mengatakan sebenarnya 80% UKM di
antaranya juga sudah siap menghadapi pasar bebas, hanya saja para pelaku usaha
mikro, kecil dan menengah ini belum memiliki sistem atau manajemen maupun
pengalaman pemasaran ke luar negeri. “Kesiapan itu dilihat dari potensi, sistem
dan experience. Potensi mereka besar, tetapi sistem dan pengalamannya belum
jalan. Kebanyakan dari mereka masih asal jual dan laku dengan market terdekat,”
jelasnya di sela-sela Seminar UKM Inovatif menghadapi Masyarakat Ekonomi
Asean 2015, di Jakarta, Kamis (31/10/2013).
Dia
mengatakan usaha kecil menengah perlu menciptakan inovasi agar tidak kalah
saing dengan produk lain yang serupa. Selama ini, lanjutnya, yang dilakukan
pemerintah masih bersifat umum atau hanya dukungan dalam bentuk bantuan
sosial. “Sebaiknya lebih dirangsang pada proses pembelajarannya, jadi
fungsi pemerintah mendorong untuk lebih maju dan yang terpenting ada modal dari
pemerintah maupun pengusaha,” katanya.
Berdasarkan
hasil survei Kementerian Koperasi dan UKM 2013 terdapat 10 UKM yang terpilih
dan siap menghadapi pasar bebas. Seleksi itu dilakukan terhadap 50 UKM
inovatif yang tersebar di seluruh Indonesia. Adapun 10 UKM inovatif
tersebut di antaranya; Industri uang kepeng berbaisis budaya, Kamasan Bali
(kerajinan patung dari uang kepeng) dengan omset mencapai Rp3,4 miliar/tahun;
Balu Oto Work Custom modified - Jogjakarta (modifikasi motor dan produksi
fiberglas) dengan omset Rp820 juta;
CV
Sefactor Pharma – Sulawesi Selatan (home industri sabun cair pembersih
dan sanitasi dari limbah minyak goreng/jelantah) dengan omset Rp139 juta; PT
Rekadaya Multi Adiprima – Bogor (komponen otomotif berupa alas/karpet dari kain
bekas) dengan omset Rp29,8 miliar; Yuasafood Berkah Makmur – Jawa Tengah
(kosmetik dan bahan pelunak daging dari getah kulit carica/papaya gunung)
dengan omset Rp2,9 miliar. CV Sekawan – Sidoarjo (produk kosmetik dengan mesin
semi otomatis yang lebih hemat) dengan omset Rp21 miliar; Martini Natural – Jogjakarta
(alas kaki dari bahan natural seperti tempurung kelapa, serat tumbuhan, kerang,
tulang ikan, kayu manis) dengan omset Rp7,25 miliar; Haye Batik Pekalongan
dengan omset Rp3,744 miliar; PT Gading Toolsindo – Cikarang (manufaktur dies
maker, press stamping) dengan omset Rp,1,5 miliar; I Sun Vera – Kalimantan
Barat (mengolah lidah buaya menjadi sabun hingga bakso) dengan omset Rp1,56
miliar.
“Kami
berharap mereka akan memperhatikan bahwa di dunia persaingan begitu ketat. Dari
10 yang terpilih itu sebelumnya memang sudah pernah menerima beragam
penghargaan inovasi,” kata Soebroto. Dia menjelaskan yang termasuk dalam usaha
mikro yakni usaha dengan omset di bawah Rp100 juta, usaha kecil Rp300 juta –
Rp2 miliar, dan usaha menengah dengan omset di atas Rp2 miliar.
Sumber
: Bisnis Indonesia
Analisa
:
Menurut
saya artikel diatas sangat bagus, karena UKM di Indonesia mampu bersaing dengan
pasar bebas. Itu hal yang sangat-sangat bagus. Seperti yang dijelaskan pada
artikel diatas para pelaku usaha mikro, kecil dan menengah ini mampu mencapai
omset miliaran rupiah. Ini menunjukkan masyarakat Indonesia memiliki inovasi
dan kreativitas dalam menciptakan produk yang inovatif dan kreatif. Bukan hanya
itu masyarakat Indonesia juga memiliki kemampuan untuk bersaing dengan pasar
luar negeri . Pada artikel diatas juga disebutkan beberapa UKM yang mampu
menciptakan produk dari bahan – bahan yang tidak terpakai lagi. Misalnya CV
Sefactor Pharma – Sulawesi Selatan (home industri sabun cair pembersih
dan sanitasi dari limbah minyak goreng/jelantah) dengan omset Rp139 juta; PT
Rekadaya Multi Adiprima – Bogor (komponen otomotif berupa alas/karpet dari kain
bekas) dengan omset Rp29,8 miliar. Namun,
ada hal yang di sayangkan yaitu para
pelaku usaha mikro, kecil dan menengah ini belum memiliki sistem atau manajemen
maupun pengalaman pemasaran ke luar negeri. Jadi pada hal ini peran pemerintah
sangat di perlukan untuk lebih merangsang pada proses pembelajarannya, jadi
pemerintah berfungsi mendorong untuk lebih maju dan yang terpenting ada modal
dari pemerintah maupun pengusaha. Sehingga para pelaku usaha ini lebih mampu
melakukan pemasaran ke luar negeri. Dengan begitu semakin banyak masyarakat
yang berani untuk berusaha dan menciptakan lapangan kerja dan dengan begitu
pengangguran juga pasti akan berkurang.
No comments:
Post a Comment