Thursday 18 December 2014

Tugas 3 (Makalah Bebas)

Pemilihan Kata (Diksi)


unduhan (1)


 Disusun Oleh : Irma Selvyani Ks
            Kelas             : 3EB23


BAHASA INDONESIA 2#
JURUSAN AKUNTANSI
UNIVERSITAS GUNADARMA
2014



KATA PENGANTAR



Assalamua'alaikum Wr Wb
            Segala puji dan syukur kehadirat ALLAH SWT, sholawat serta salam semoga tetap terlimpahkan kepada Rasuluallah Muhammad SAW, keluarga serta para sahabat-sahabat dan mereka yang menyeru dengan seruannya serta berpedoman dengan petunjuknya.
            Alhamdulillah syukur kehadirat ALLAH SWT, karena atas segala kasih sayangnya makalah ini tentang " Struktur Pasar Monopoli " selesai di kerjakan, semua itu tak lepas dari dukungan serta motivasi dari beberapa pihak atas semua bantuan serta keikhlasannya sehingga makalah ini bisa selesai meskipun banyak sekali kesalahan serta kekurangan baik dalam segi penulisan dan pembahasan, karena manusia tempat salah dan lupa, namun sebaik- baik orang yang bersalah adalah mereka yang mau bertaubat dan memperbaiki kesalahannya, dari itu kami harapkan saran dan kritik yang membangun demi kelancaran study kami dan kebaikan kita bersama.
            Harapan kami semoga makalah ini bisa membawa manfaat bagi diri kami dan bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya..
Amiiinn…


Bekasi, Desember 2014

                                                                                                       Penulis





DAFTAR ISI

DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
PEMBAHASAN
1.Pengertian Diksi (Pilihan Kata)
2. Syarat Pemilihan kata
3. Pembentukan Kata
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA

PEMBAHASAN

1.     Pengertian Diksi atau Pilihan kata

Diksi bisa diartikan sebagai pilihan kata pengarang untuk menggambarkan sebuah cerita. Diksi bukan hanya berarti pilih memilih kata melainkan digunakan untuk menyatakan gagasan atau menceritakan peristiwa tetapi juga meliputi persoalan gaya bahasa, ungkapan-ungkapan dan sebagainya.Agar dapat menghasilkan cerita yang menarik melalui pilihan kata maka diksi yang baik harus memenuhi syarat, seperti :

Ketepatan dalam pemilihan kata dalam menyampaikan suatu gagasan.
Seorang pengarang harus mempunyai kemampuan untuk membedakan secara tepat nuansa-nuansa makna sesuai dengan gagasan yang ingin disampaikan dan kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai dengan situasi dan nilai rasa bagi pembacanya.
Menguasai berbagai macam kosakata dan mampu memanfaatkan kata-kata tersebut menjadi sebuah kalimat yang jelas, efektif dan mudah dimengerti.
Contoh Paragraf :
Hari ini Aku pergi ke pantai bersama dengan teman-temanku. Udara disana sangat sejuk. Kami bermain bola air sampai tak terasa hari sudah sore. Kamipun pulang tak lama kemudian.
Liburan kali ini Aku dan teman-teman berencana untuk pergi ke pantai. Kami sangat senang ketika hari itu tiba. Begitu sampai disana kami sudah disambut oleh semilir angin yang tak henti-hentinya bertiup. Ombak yang berkejar-kejaran juga seolah tak mau kalah untuk menyambut kedatangan kami. Kami menghabiskan waktu sepanjang hari disana, kami pulang dengan hati senang.

Kedua paragraf diatas punya makna yang sama. Tapi dalam pemilihan diksi pada contoh paragraph kedua menjadi enak dibaca, tidak membosankan bagi pembacanya.

2.     Syarat-Syarat Pemilihan Kata

Makna Denotatif dan Konotatif
Makna denotatif adalah makna dalam alam wajar secara eksplisit. Makna wajar ini adalah makna yang sesuai dengan apa adanya. Denotatif adalah suatu pengertian yang terkandung sebuah kata secara objektif. Sering juga makna denotatif disebut makna konseptual. Kata makan misalnya, bermakna memasukkan sesuatu kedalam mulut, dikunyah, dan ditelan. Makna kata makan seperti ini adalah makna denotatif. Makna konotatif adalah makna asosiatif, makna yang timbul sebagai akibat dari sikap sosial, sikap pribadi, dan kriteria tambahan yang dikenakan pada sebuah makna konseptual. Kata makan dalam makna konotatif dapat berarti untung atau pukul.

Makna konotatif berbeda dari zaman ke zaman. Ia tidak tetap. Kata kamar kecil mengacu kepada kamar yang kecil (denotatif) tetapi kamar kecil berarti juga jamban (konotatif). Dalam hal ini, kita kadang-kadang lupa apakah suatu makna kata adalah makna denotatif atau konotatif.

Makna Umum dan Khusus
Kata ikan memiliki acuan yang lebih luas daripada kata mujair atau tawes. Ikan tidak hanya mujair atau tidak  seperti gurame, lele, sepat, tuna, baronang, nila, ikan koki dan ikan mas. Sebaliknya, tawes pasti tergolong jenis ikan demikian juga gurame, lele, sepat, tuna, dan baronang pasti merupakan jenis ikan. Dalam hal ini kata acuannya lebih luas disebut kata umum, seperti ikan, sedangkan kata yang acuannya lebih khusus disebut kata khusus, seperti gurame, lele, tawes, dan ikan mas.

Kata abstrak dan kata konkret.
Kata yang acuannya semakin mudah diserap pancaindra disebut kata konkret, seperti meja, rumah, mobil, air, cantik, hangat, wangi, suara. Jika acuan sebuah kata tidak mudah diserap pancaindra, kata itu disebut kata abstrak, seperti gagasan dan perdamaian. Kata abstrak digunakan untuk mengungkapkan gagasan rumit. Kata abstrak mampu membedakan secara halus gagasan yang sifat teknis dan khusus. Akan tetapi, jika kata abstrak terlalu diobral atau dihambur-hamburkan dalam suatu karangan. Karangan tersebut dapat menjadi samar dan tidak   cermat.

Sinonim
Sinonim adalah dua kata atau lebih yang pada asasnya mempunyai makna yang sama, tetapi bentuknya berlainan. Kesinoniman kata tidaklah mutlak, hanya ada kesamaan atau kemiripan. Kita ambil contoh cermat dan cerdik kedua kata itu bersinonim, tetapi kedua kata tersebut tidak persis sama benar. Kesinoniman kata masih berhubungan dengan masalah makna denotatif dan makna konotatif suatu kata.

Kata Ilmiah dan kata popular
Kata ilmiah merupakan kata-kata logis dari bahasa asing yang bisa diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Kata-kata ilmiah biasa digunakan oleh kaum terpelajar, terutama dalam tulisan-tulisan ilmiah, pertemuan-pertemuan resmi, serta diskusi-diskusi khusus.
Yang membedakan antara kata ilmiah dengan kata populer adalah bila kata populer digunakan dalam komunikasi sehari-hari. Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan, kata-kata ilmiah digunakan pada tulisan-tulisan yang berbau pendidikan. Yang juga terdapat pada penulisan artikel, karya tulis ilmiah, laporan ilmiah, skripsi, tesis maupun desertasi.

Agar dapat memahami perbedaan antara kata ilmiah dan kata populer, berikut daftarnya:

                       
Kata Ilmiah
Kata populer
Analogi
Kiasan
Final
Akhir
Diskriminasi
perbedaan perlakuan
Prediksi
Ramalan
Kontradiksi
Pertentangan
Format
Ukuran
Anarki
Kekacauan
Biodata
biografi singkat
Bibliografi
daftar pustaka

3.     Pembentukan Kata

Ada dua cara pembentukan kata, yaitu dari dalam dan dari luar bahasa Indonesia. Dari dalam bahasa Indonesia terbentuk kosakata baru dengan dasar kata yang sudah ada, sedangkan dari luar terbentuk kata baru melalui unsur serapan.

Pada bagian berikut akan diperlihatkan kesalahan pembentukan kata, yang sering kita temukan, baik dalam bahasa lisan maupun bahasa tulis.
·         Penanggalan awalan meng-
·         Penanggalan awalan ber-
·         Peluluhan bunyi /c/
·         Penyengauan kata dasar
·         Bunyi /s/, /k/, /p/, dan /t/ yang tidak luluh
·         Awalan ke- yang kelirupemakaian akhiran –ir
·         Padanan yang tidak serasi
·         Pemakaian kata depan di, ke, dari, bagi, pada,, daripada dan terhadap
·         Penggunaan kesimpulan, keputusan, penalaran, dan pemukiman
·         Penggunaan kata yang hemat


Definisi
Definisi adalah suatu pernyataan yang menerangkan pengertian suatu hal atau konsep istilah tertentu.  Dalam membuat definisi hal yang perlu di perhatikan adalah tidak boleh mengulang kata atau istilah yang kita definisikan.
Contoh definisi :
            Majas personifikasi adalah kiasan yang menggambarkan binatang, tumbuhan, dan benda-benda mati seakan hidup selayaknya manusia, seolah punya maksud, sifat, perasaan dan kegiatan seperti manusia. Definisi terdiri dari :

a.       Definisi nominalis
Definisi nominalis adalah menjelaskan sebuah kata dengan kata lain yang lebih umum di mengerti. Umumnya di gunakan pada permulaan suatu pembicaraan atau diskusi. Definisi nominalis ada enam macam, yaitu definisi sinonim, definisi simbolik, definisi etimologik, definisi semantik, definisi stipulatif, dan definisi denotatif.
b.      Definisi Realis
Definisi realis adalah penjelasan tentang isi yang terkandung dalam sebuah istilah, bukan hanya menjelaskan tentang istilah. Definisi realis ada tiga macam, yaitu :
Ø  Definisi esensial, yaitu penjelasan dengan cara menguraikan perbedaan     antara penjelasan dengan cara menunjukkan bagian-bagian suatu benda (definisi analitik) dengan penjelasan dengan cara menunjukkan isi dari suatu term yang terdiri atas genus dan diferensia (definisi konotatif).
Ø  Definisi diskriptif yaitu penjelasan dengan cara menunjukkan sifat-sifat khusus yang menyertai hal tersebut dengan penjelasan dengan cara menyatakan bagaimana sesuatu hal terjadi.
Ø  Definisi praktis adalah penjelasan tentang sesuatu hal yang di jelaskan dari segi kegunaan atau tujuan. Dibedakan atas tiga macam.
c.       Definisi Operasional
Definisi operasional, yaitu penjelasan dengan cara menegaskan langkah-langkah pengujian
serta menunjukkan bagaimana hasil yang dapat di amati.
d.      Definisi Fungsional
Definisi fungsional, yaitu penjelasan sesuatu hal dengan cara menunjukkan kegunaan dan tujuannya.
e.       Definisi persuasuif
Definisi persuasif, yaitu penjelasan dengan cara merumuskan suatu pernyataan yang dapat mempengaruhi orang lain, bersifat membujuk orang lain. 

Kata Serapan
Kata serapan adalah kata yang di adopsi dari bahasa asing yang sudah sesuai dengan EYD. Kata serapan merupakan bagian perkembangan bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia telah banyak menyerap terutama dalam unsur kosa kata. Bahasa asing yang masuk dan memberi pengaruh terhadap kosa kata bahasa Indonesia antara lain dari bahasa Sansekerta, bahasa Belanda, bahasa Arab, bahasa Inggris dan ada juga dari bahasa Tionghoa. Analogi dan Anomali kata serapan dalam bahasa Indonesia.

Penyerapan kata ke dalam bahasa Indonesia terdapat 2 unsur, yaitu: 
- Keteraturan bahasa (analogi) : dikatakan analogi apabila kata tersebut memiliki bunyi yang sesuai antara ejaan dengan pelafalannya.
- Penyimpangan atau ketidakteraturan bahasa (anomali) : dikatakan anomali apabila kata tersebut tidak sesuai antara ejaan dan pelafalannya.

Analogi
Karena analogi adalah keteraturan bahasa, tentu saja lebih banyak berkaitan dengan kaidah-kaidah bahasa, bisa dalam bentuk sistem fonologi, sistem ejaan atau struktur bahasa. Ada beberapa contoh kata yang sudah sesuai dengan sistem fonologi, baik melalui proses penyesuaian ataupun tidak, misalnya :
Text Box: Indonesia Aslinya
aksi action(Inggris)
bait bait (Arab)
boling bowling (Inggris)
dansa dance (Inggris)
derajat  darrajat (Arab)
ekologi  ecology (Inggris)
fajar fajr (Arab)
insane  insane (Arab)
                       













Menurut taraf integrasinya unsur pinjaman ke dalam bahasa asing dapat dibagi dua golongan. Pertama unsur pinjaman yang belum sepenuhnya terserap ke dalam bahasa Indonesia. Unsur seperti ini di pakai dalam konteks bahasa Indonesia, tetapi penulisan dan pengucapannya masih mengikuti cara asing. Kedua unsur pinjaman yang pengucapan dan tulisannya telah di sesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia.

Anomali

Indonesia
Aslinya
bank   
bank (Inggris)
Intern
intern (Inggris)
qur’an
qur’an (Arab)
jum’at 
jum’at (Arab)

Kata-kata di atas merupakan beberapa contoh kata serapan dengan unsur anomali. Bila kita amati, maka akan dapat di simpulkan bahwa lafal yang kita keluarkan dari mulut dengan ejaan yang tertera, tidak sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia. Hal yang tidak sesuai adalah : bank=(nk), jum’at=(’).
Kata-kata asing yang diserap ke dalam bahasa Indonesia secara utuh tanpa mengalami perubahan penulisan memiliki kemungkinan untuk di baca bagaimana aslinya, sehingga timbul anomali dalam fonologi. Contoh :

Indonesia
Aslinya
Expose
Expose
Export
Export
exodus
Exodus

Kata kadang-kadang tidak hanya terdiri dari satu morfem, ada juga yang terdiri dari dua morfem atau lebih. Sehingga penyerapannya dilakukan secara utuh. Misalnya :

Indonesia
Aslinya
Federalisme
federalism (Inggris)
Bilingual
bilingual (Inggris)
Dedikasi
dedication (Inggris)
Edukasi
education (Inggris)
                                               





PENUTUP

Kreatifitas dalam memilih kata merupakan kunci utama bagi seorang pengarang maupun untuk penulisan gagasan serta ungkapan. Penguasaan dalam mengolah kata  juga menjadi faktor penting untuk menghasilkan tulisan yang indah dan enak di baca. sehingga makna dengan tepat pada setiap pilihan kata yang ingin disampaikan.

Diksi adalah kemampuan penulis untuk mendapatkan kata agar dalam pembacaan dan pengertiannya tepat. Kata ilmiah adalah kata-kata logis dari bahasa asing yang bisa diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.Pembentukan kata atau istilah adalah kata yang mengungkapkan makna konsep, proses, keadaan atau sifat yang khas dalam bidang tertentu. Definisi adalah suatu pernyataan yang menerangkan pengertian suatu hal atau konsep istilah tertentu. Kata serapan adalah kata yang di adopsi dari bahasa asing yang sudah sesuai dengan EYD.
           
           



DAFTAR PUSTAKA

Keraf, Gorys. 1985. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia.
Moeliono, Anton M. 1982 “Diksi atau Pilihan Kata: Suatu Spesifikasi di dalam kosa kata” Dalam Majalah Pembinaan Bahasa Indonesia.  Jilid III. Nomor 3. Jakarta: Bharata.
http://dinamika.uny.ac.id/akademik/sharefile/files/28102008121137
_PAPER_BAHASA_INDONESIA1_fix.doc
http://www.google.co.id/search?hl=id&cr=countryID&q=pilihan+kata+dalam+
bahasa+indonesia&star=10&sa=N


Tugas 2 (Tulisan sesuai SAP)

SURAT MENYURAT

Surat menyurat merupakan salah satu kegiatan berbahasa yang dilakukan dalam komunikasi tertulis. Dalam kegiatan ini terlibat tiga komponen yakni: penulis, isi, dan pembaca surat. Penulis surat dapat mencapai sasarannya secara efektif bila bahasa yang dipergunakannya dapat mengungkapkan isi surat sesuai dengan sifat surat, kedudukan penulis, dan pembaca surat. Bahasa sebagai alat komunikasi dalam surat memegang peranan penting, disamping bentuk-bentuk nonbahasa. ”Dengan surat orang dapat memberitahukan, menanyakan, menyatakan, meminta, melaporkan, atau menyampaikan buah pikiran lainnya kepada orang lain” (Arifin, 1980).

Arti dan Fungsi Surat

Surat adalah sarana untuk menyampaikan informasi atau pernyataan (secara tertulis/tersurat) dari pihak kesatu kepada pihak yang lain, dengan bahasa yang santun. Informasi itu dapat berupa pemberitahuan, pernyataan, pertanyaan, permintaan, pemikiran, sanggahan, laporan dan lain sebagainya. “Dewasa ini teknologi komunikasi dan informasi sudah maju pesat, sehingga lalu-lintas informasi melalui telepon, telex, telegrap, faximile, radio, televisi, frekuensinya per hari sangat tinggi sekali. Dapat Anda bayangkan dalam satu hari saja (8 jam kerja/hari) apabila sebuah perusahaan atau setiap instansi (Swasta/BUMN) mengirimkan 5 surat per perusahaan, sudah berapa juta surat yang beredar di dunia ini. Sekalipun demikian, jika dibandingkan pemakaian surat dengan penggunaan alat-alat canggih seperti e-mail, esemes dan lain-lain di atas, surat tertulis tetap mempunyai kelebihan tersendiri.
alat-alat teknologi canggih di atas hanya dapat menyampaikan informasi yang bisa didengar atau secara pendek (seperti e-mail, esemes), maka surat merupakan sarana yang dapat merekam informasi secara panjang lebar, terperinci, dan merupakan bukti “hitam di atas putih”. Lagi pula surat bersifat praktis, karena dapat menyimpan rahasia dan dapat menghilangkan perasaan; efektif, karena biaya pembuatan dan pengirimannya relatif murah.” (Bratawijaya, 1990).
Membuat atau melaksanakan komunikasi melalui surat ternyata tidaklah sesederhana yang dibayangkan banyak orang. Persiapan yang perlu dilakukan antara lain adalah menyiapkan alat-alat tulis, harus mempunyai ide, dan punya ketrampilan dalam hal merumuskan surat secara sistematis dan logis, menyiapkan mesin ketik atau mesin komputer (berikut printernya), mengetahui tata cara pengiriman surat, kemudian mengethui tata cara penyimpanan surat/arsip, pemakaian tenaga manusia, dan alat kelengkapan kantor (meja kursi, dan ruangan), dan lain sebagainya. Surat dinilai efektif apabila (masalah) yang dikomunikasikan penulis itu dapat sampai ketujuannya, sejalan dengan kehendak si pengirim surat. Oleh sebab itu, isi surat harus jelas dan terang, logis dan tidak menimbulkan salah pengertian pada pihak yang menerima surat. Tanda-tanda bahwa penerima surat itu tidak ragu-ragu atau tidak memperoleh kesan yang keliru atas isi surat yang dikirimkan ialah penerima surat segera memberikan jawaban-jawaban sebagaimana yang diinginkan oleh si pengirim surat. “Banyak orang menganggap surat sebagai utusan atau “duta” dari organisasi/instansi pengirim surat.” Surat dipandang sebagai citra, cermin mentalitas, jiwa, serta petunjuk kondisi intern organisasi yang bersangkutan. Oleh sebab itu, pengonsep surat dan para penata administrasi / sekretaris kantor harus hati-hati dan bersungguh-sungguh dalam menulis surat agar tidak menimbulkan kesan yang buruk atas organisasinya. Di samping sifat-sifat yang telah disebutkan di atas, surat sebagai alat komunikasi mempunyai beberapa fungsi, antara lain:
·         sebagai tanda bukti tertulis yang autentik, misalnya surat perjanjian (penyewaan ruko, pembelian mobil, bisnis eksport/import alat berat, bisnin eksport/import makanan kemasan kaleng, dll);
·         sebagai alat pengingat/berpikir bilamana diperlukan, misalnya surat yang telah diarsipkan;
·         sebagai dokumentasi historis, misalnya surat dalam arsip lama yang digali kembali untuk mengetahui perkembangan (bisnis) di masa lampau;
·          sebagai jaminan keamanan, umpamanya surat keterangan jalan (surat jalan);
·         sebagai pedoman atau dasar bertindak, mislanya surat keputusan, surat perintah, surat panggilan, surat pengangkatan, dan sebagainya. (Bratawidjaya, 1990).

Jenis Surat

Secara garis besar, surat dapat dikelompokkan ke dalam 6 golongan, yaitu (ke-1) menurut isi dan asal pengirimnya (surat resmi atau surat dinas di instansi pemerintah, surat bisnis/niaga, surat pribadi); (ke-2) menurut maksud dan tujuannya (surat pemberitahuan, surat keputusan, surat perintah, surat permintaan atau permohonan, surat peringatan, surat panggilan, surat penawaran, surat perjanjian, surat pesanan, surat laporan, surat pengantar/jalan, surat lamaran pekerjaan, surat penegasan, (klaim), dan sebagainya ); (ke-3) menurut wujudnya (dikenal bentuk-bentuk surat seperti nota atau memo, kartu pos, warkat pos, surat bersampul, telex, telegram, dsb.); (ke-4) menurut banyaknya sasaran yang hendak dicapai (dikenal surat edaran, surat pengumuman, surat undangan); (ke-5) menurut jaminan dan keamanan isinya (surat sangat rahasia, surat rahasia, surat konfidensial/terbatas, surat biasa); (ke-6) menurut urgensi penyelesaian/pengirimannya (surat khusus, surat amat segera (kilat), surat segera, dan surat biasa).

Bentuk Surat

Bentuk surat ialah tata letak atau posisi bagian-bagian surat. Masing-masing bagian surat tersebut itu mempunyai posisi tertentu sesuai dengan fungsi dan perannya, terutama sebagai petunjuk atau identifikasi untuk memproses surat tersebut. Ada banyak bentuk surat, yang satu dan lainnya berbeda, terutama dalam hal pemakaiannya, tergantung dengan kebiasaan instansi atau gaya masyarakat/bangsa tertentu. Pada dasarnya hanya ada dua bentuk surat yang dapat dibedakan secara tajam, sedangkan bentuk-bentuk lainnya hanya sekedar variasi-variasi yang merupakan modifikasi atas kedua bentuk utama tersebut. Kedua bentuk utama tersebut adalah bentuk surat lurus atau bentuk balok (block style) dan bentuk lekuk (indented style). Sedangkan variannya yang berdiri di antara kedua bentuk surat di atas, ialah bentuk setengah lurus (semi block style). Bentuk-bentuk surat tersebut sebenarnya adalah model atau bentuk surat Eropa dan model Amerika, bentuk lekuk (indented style) adalah model Eropa Lama, bentuk lurus (block style) adalah model Amerika. Sejalan dengan kemajuan zaman terbit bentuk surat setengah lurus (semi block style) di kenal dengan model Eropa Baru, dan saat ini banyak dipakai di dunia perdagangan/niaga (bisnis). Dalam kesempatan ini kita akan membahas bentuk surat lurus atau bentuk balok (block style) saja.


Syarat dan Ciri Surat yang Baik


Menulis surat yang baik tidaklah gampang, harus banyak latihan, karena banyak sekali persayaratan yang harus dipenuhi. Di samping itu harus menerapkan prinsip-prinsip efektivitas dan efisiensi dalam menuliskan ide-ide yang ingin disampaikan. Untuk mampu membuat (menyusun) surat yang baik, menarik dan modern, penulis harus menguasai syarat-syarat dan ciri surat yang baik, sebagai berikut : (1) Surat ditulis dalam bentuk yang menarik dan tersusun baik sesuai dengan peraturan menulis surat. Untuk itu, penulis harus memahami berbagai bentuk surat. Pilih bentuk surat yang akan dipakai, ikuti atau sesuaikan dengan peraturan yang berlaku di organisasi/instansinya; (2) Surat tidak mengandung kata-kata atau kalimat yang tidak berguna. 
Rumusannya tidak boleh bertele-tele atau berbelit-belit. Kalimat hendaknya sederhana saja, lugas dan mudah dipahami pembaca. Juga kata-kata yang dipakai harus jelas, tepat, tidak mendua, hemat dan benar-benar sesuai dengan tatabahasa Indonesia. Hindarilah penggunaan singkatan yang tidak perlu, kecuali singkatan untuk satuan-satuan ukuran (m untuk meter, kg untuk berat) dan singkatan yang lazim dipakai (dll, dsb, dst.); (3) Surat menunjukkan budi bahasa, pertimbangkan baik dan bijaksana sopan dan simpatik. 
Usahakan agar tidak menyinggung, merendahkan pembaca surat. Dalam menulis surat, penulis hendaknya bersikap seolah-olah sedang berbicara dengan sipenerima surat; (4) Surat hendaknya ditulis tidak terlalu panjang. Surat yang pendek lebih banyak memberi manfaat, misalnya: praktis, estetis, dan menghindarkan salah pengertian; (5) Surat harus bersih. Sebaiknya dipergunakan kertas yang baik, dan warnanya yang sesuai. Ketikkan rapi dan cermat, tidak boleh ada bekas tip ex., tidak ada huruf yang bertumpuk.

Berikut ini tips atau langkah-langkah penyusunan surat bisnis (sesuai tujuan kita saat ini) yang perlu diperhatikan adalah:
a. membuat perencanaan dan persiapan yang baik; menetapkan dan menguasai masalah yang akan diungkapkan ke dalam surat;
b. pokok masalah itu disusun, lalu diuraikan secara sistematis, kronologi/runtut dan konsisten; menetapkan bahan dan data untuk menyusun surat;
c. mengetahui siapa yang akan dituju;
d. menyadari dan menentukan posisi penulis;
e. menggunakan kelengkapan (fasilitas) yang memadai;
f. penggunaan bentuk surat;
g. jenis kertas; warna kertas; ukuran kertas; amplop surat dan cara melipat surat; pengetikan surat, serta pengiriman surat;
h. meneliti kembali surat yang sudah dibuat, apakah sudah betul dan layak dikirimkan? atau belum layak? – lakukan tindakan koreksi segera jika belum layak – lalu check and recheck sekali lagi, jika sudah betul, segera diajukan untuk ditandatangani pimpinan atau yang berhak, diberi cap perusahaan/instansi, materai (jika perlu), tulis alamat yang dituju, lalu dikirim secepatnya. 

Bagian-bagian Surat Bisnis

Setiap surat bisnis mempunyai bagian-bagian surat dan masing-masing bagian itu mempunyai kegunaan tertentu. Penempatan atau letak bagian-bagian surat tergantung pada bentuk surat yang akan dipakai oleh penulis surat. Dalam karya ilmiah ini bagian-bagian surat yang akan dibicarakan/dibahas terdiri dari:
Ó      kepala surat,
Ó       tanggal surat,
Ó       nomor surat,
Ó       lampiran,
Ó       hal/perihal,
Ó      alamat yang dituju,
Ó       salam pembuka,
Ó      paragraph pembuka surat,
Ó      paragraph penutup surat,
Ó      salam penutup,
Ó      nama jelas penanda tangan,
Ó      jabatan penanda tangan,
Ó      tembusan, dan
Ó      inisial.
Penulisan Bahasa Indonesia yang Benar dalam Bagian-bagian Surat Bisnis

Kepala Surat atau Kop Surat: Dalam Kepala surat atau Kop Surat yang lengkap tercantum (biasanya sudah tercetak), terdiri dari: Nama instansi/badan, alamat lengkap, nomor telepon, nomor kotak pos, nomor faximile, dan logo atau lambang instansi/badan. 
Misalnya:
DEPARTEMEN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
PUSAT PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN BAHASA
JALAN DAKSINAPATI BARAT IV, RAWAMANGUN, JAKARTA TIMUR 13228
KOTAK POS : 2625
TELEPON : 4896558, 4894584
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------
Bahkan jika instansi/badan tersebut bergerak dalam bidang usaha (BUMN, BUMD), bidang bisnis (Perbankan, Asuransi, Eskport/import, Moneter, dll) selain data di atas, dalam kepala surta tercantum: alamat kantor cabang, nama bank, jenis usaha, NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak), dan Logo tanda lulus Standar ISO. Cetaklah nama instansi atau badan usaha yang bersangkutan dengan huruf kapital, letakkan semua tulisan itu pada bagian atas kertas, posisinya di tengah-tengah secara simeteri kiri-kanan. Alamat kantor dituliskan dengan huruf kapital pada awal kata, tetapi ukurannya lebih kecil daripada huruf-huruf untuk nama instansi/badan usaha. Unsur-unsur kalimat dipisahkan dengan tanda koma, bukan dengan tanda penghubung. Kata jalan dituliskan lengkap “Jalan”, jangan disingkat Jl., atau Jln., Jika, kantor tersebut memiliki nomor telepon, dituliskan kata Telepon, bukan Tilpon, dan bukan pula Telp. Kemudian, nomor telepon tidak perlu diberi tanda titik, karena bukan merupakan suatu angka penjumlahan. (Telepon 4896558, bukan 4.896.558). Tuliskan kata Kotak Pos jika di kantor tersebut memilikinya, bukan PO Box..
Tanggal Surat: Tanggal surat bisnis tidak perlu didahului dengan nama kota, karena nama kota sudah tercantum pada Kop Surat. Selanjutnya, nama bulan, itu jangan disingkat atau ditulis dengan angka (November disngkat menjadi Nov. Atau ditulis 11, Februari menjadi Feb. atau dilis 2 atau 02). Tahun juga ditulis lengkap, tidak boleh disingkat dengan tanda koma di atas. Pada akhir tanggal surat tidak boleh dibubuhkan tanda baca apapun, baik titik maupun tanda hubung. Misalnya:

KOP SURAT
                                                                                                                                                                1 Desember 2014
No. : ........................................
Lamp. : ...................................
Hal : ........................................
Dan seterusnya…
Nomor Surat: Kata nomor (lengkap) diikuti tanda titik dua (Nomor : ......) atau jika nomor itu disingkat menjadi No. penulisannya diikuti tanda titik, kemudian diikuti tanda titik dua (No. : ........) Garis miring yang digunakan dalam nomor dan kode surat tidak didahului dan diikuti spasi. Kemudian, angka tahun sebaiknya dituliskan lengkap dan tidak diikuti tanda baca apapun. Contohnya:
Penulisan nomor surat dan kode surat yang salah.
Nomor: 3241/F8/UI.5/87,--
No: 3241/F8/UI.5/1987,--
Penulisan nomor surat dan kode surat yang benar.
Nomor: 3241/F8/UI.5/1987 (tahun dituliskan lengkap, tanda baca dibuang)
No. : 3241/F8/UI.5/1987 (Kata Nomor disingkat menjadi No. : ....., dan tanda baca di belakang tahun dibuang)
Lampiran: Kata Lampiran atau Lamp.: ............. diikuti tanda titik dua. Kemudian, cantumkan jumlah yang dilanpirkan dan nama barang yangdilampirkan, tidak diikuti tanda baca apapun. Contoh:
Penulisan yang salah
Lampiran : Satu berkas.
Lamp. : satu berkas.
Penulisan yang benar
Lampiran : Satu berkas
Lamp. : Satu berkas
Ketentuan di atas berlaku jika pada surat tersebut dilampirkan sesuatu. Jika tidak ada yang dilampirkan, maka kata Lampiran tidak perlu dituliskan/dicantumkan, sehingga tidak akan terdapat kata lampiran yang diikuti tanda hubung atau angka nol seperti contoh di bawah ini.
Lampiran : -
Lamp. : 0
Hal / Perihal: Dalam kaitan dengan ini, kita sering juga menjumpai kata perihal dalam surat bisnis, dalam surat-surat dinas (khusunya surat dari instansi pemerintah). Walaupun kata Hal dan Perihal itu sinonim (berarti sama), sebaiknya digunakan kata hal, karena lebih singkat. Pokok surat yang dicantumkan dalan bagian ini hendaknya diawali dengan huruf kapital, sedangkan yang lain dituliskan dengan huruf kecil. Pokok surat tidak dituliskan berpanjang-panjang, singkat saja dan jelas, serta mencakup seluruh pesan yang ada dalam surat. Contohnya:
Penulisan hal yang salah
Hal : Penentuan tugas pameran
(dalam rangka Dies Natalis VI dan Lustrum II)
Yang akan diselenggarakan tanggal 5 – 10 November 1987
Penulisan hal yang benar
Hal : Petugas Pameran Dies Natalis
Alamat yang Dituju: Alamat yang dituju ditulis di sebe;ah kiri surat setelah hal (perihal). Posisi alamat surat pada sisi sebelah kiri ini lebih menguntungkan daripada dituliskan di sisi kanan. Kemungkinan pemenggalan kalimat tidak ada. Jadi, alamat yang cukup panjang pun dapat dituliskan, karena tempatnya cukup leluasa. Alamat surat tidak diawali kata kepada karena kata tersebut berfungsi sebagai penghubung intrakalimat yang menyatakan arah (alamat pengirim pun tidak didahului kata dari, karena kata dari berfungsi sebagai penghubung intrakalimat yang menyatakan asal). Alamat yang dituju diawali dengan Yth. (diikuti titik) atau Yang terhormat (tidak diikuti titik). Sebelum mencantumkan nama orang yang dituju, biasanya penulis surat mencantumkan sapaan : Ibu, Bapak, Saudara atau Sdr. .... Jika nama orang yang dituju bergelar akademik, yang ditulis di depan namanya, seperti Drs., Ir., Hj. Atau H. (haji), maka kata sapaan Ibu, Bapak, Saudara atau Sdr. Tidak digunakan.
 Demikian juga, jika alamat yang dituju itu memiliki pangkat, seperti Sersan, Kapten, Mayor Jendral, kata sapaan itu tidak digunakan. Jika yang dituju adalah jabatan orang tersebut, kata sapaan juga tidak digunakan. Ketentuan-ketentuan ini bertujuan agar sapaan Ibu, Bapak, Saudara atau Sdr. Tidak berhimpit dengan gelar, dengan pangkat atau dengan jabatannya. Contoh:
Penulisan alamat yang salah
Yth. Bpk Lurah Desa Tajur
Yth. Bapak Kapten Sumijo
Yth. Sdri. Dra. Suciwati
Yth. Sdr. Ir. Noerdin, M.M.
Penulisan alamat yang benar
Yth. Bapak Dahlan Muid
Yth. Lurah Desa Tajur
Yth. Kapten Sumijo
Yth. Sdri. Suciwati
Yth. Ir. Noerdin, M.M.
Penulisan kata Jalan pada alamat tidak disingkat. Kemudian nama gang, nomor RT dan RW biasanya dituliskan lengkap dengan huruf kapital setiap awal kata. Selanjutnya, nama kota dan nama kabupaten dan provinsi dituliskan dengan huruf awal kapital, tidak perlu digaris bawahi atau diberi tanda baca apapun. Contoh:
Penulisan alamat yang salah,
Kepada Yth. Bpk Ir. Suparno
Jl. Buntar V No. 2
Bandung
JAWA BARAT
Penulisan alamat yang benar
Yth. Ir. Suparno
Jalan Buntar V No. 2
Bandung
Jawa Barat
Salam Pembuka: Salam pembuka dicantumkan di sebelah kiri, satu garis lurus vertikal di tepi halaman kertas, sama dengan nomor, lampiran, hal dan alamat surat. Huruf pertama awal kata ditulis dengan huruf kapital, sedangkan kata yang lain dituliskan dengan huruf kecil semua, kemudian salam pembuka itu diikuti tanda koma. Ungkapan yang lazim dipakai sebagai salam pembuka dalam surat-menyurat bisnis yang netral adalah:
Dengan hormat, (D kapital untuk kata Dengan, dan h kecil untuk kata hormat)
Salam sejahtera, (S kapital untuk Salam, s kecil untuk kata sejahtera)     
Saudara...... Saudara Komaruddin yang terhormat, (Komaruddin dapat diganti nama lain)
Saudari Maryati yang terhormat, (Maryati dapat diganti nama lain)

Isi surat

Paragraf Pembuka Surat: adalah pengantar pengantar isi surat untuk mengajak pembaca surat (orang yang dituju) agar menyesuaiakan diri/perhatiannya kepada pokok surat yang sebenarnya. Kalimat pengantar yang lazim digunakan untuk mengawali paragraf pembuka pada surat bisnis yang berisi pemberitahuan, adalah sebagai berikut:
Dengan ini perkenankan kami melaporkan kepada Bapak tentang pengiriman dana bantuan untuk pembangunan pasar yang rusak akibat gempa yang lalu.
atau
Bersama ini kami kirimkan contoh bahan textile yang Saudara minta.......
atau
Sehubungan dengan surat kami tanggal 5 Mei 2009 No. 4477/F-8/1995, dengan ini kami mohon agar Saudara segera mengirimkan surat keterangan lolos butuh dari pimpinan Saudara
Contoh pengantar kalimat pada paragraf pembuka surat balasan:
Surat Anda tanggal 27 juni 2008, No.1002/U/2008 sudah kami terima dengan senag hati. Bertalian dengan itu, kami beritahukan hal-hal sebagai berikut:
atau
Sehubungan dengan surat Saudara tanggal 12 Juni 2008, No. 347/HM/2008 tentang syarat-syarat pembayaran sewa ruko ...........
Catatan: Kata kami digunakan jika penulis surat mengatasnamakan suatu organisasi, kelompok, instansi, perusahaan. Akan tetapi, jika atas nama dirinya sendiri, kata ganti yang tepat adalah saya.


Paragraf Isi Surat yang Sesungguhnya: Setiap paragraf isi surat hanya menguraikan satu masalah saja, dan apabila ada masalah lain, maka masalah itu harus dituangkan dalam paragraf yang berikutnya (beda paragraf). Terakhir, kalimat-kalimat dalam paragraf isi surat hendaknya singkat-singkat saja, tetapi harus jelas. Rumusan isi surat itu harus menarik, tidak membosankan, tetapi tetap hormat dan sopan. Penulis harus benar-benar mengakui dan menghormati hak penerima surat. Oleh karena itu, penulis hendaknya menghindari sikap menganggap remeh terhadap orang lain, apalagi menghina atau mempermainkannya. Terutama dalam surat bisnis, hendaknya dibuat dengan nuansa saling percaya, saling hormat dan saling support/mendukung. Agar bisnis yang dibina kedua pihak itu berjalan lancar.

Paragraf Penutup: berfungsi sebagai kunci isi surat atau penegasan surat. Contoh paragraf penutup, adalah sebagai berikut:
Atas kerja sama Saudara selama ini, kami ucapkan terima kasih.
Kami harap agar kerjasama kita dapat membuahkan hasil yang baik dan berkembang terus.
Sambil menunggu kabar lebih lanjut, kami ucapkan terima kasih.
Mudah-mudahan jawaban kami bermanfaat bagi Anda.

Salam Penutup: Salam penutup befungsi untuk menunjukkan rasa hormat penulis surat setelah berkomunikasi dengan pembaca surat. Salam penutup dicantumkan di antara paragraf penutup dan tanda tangan pengirim surat. Huruf awal kata dalam salam penutup ditulis dengan huruf kapital, sedangkan kata-kata lainnya ditulis dengan huruf kecil. Sesudah salam penutup dibutuhkan tanda koma ( , ). Contohnya:
Salam takzim,
Salam kami,
Hormat kami,
Wasalam,
Tanda tangan, Nama Jelas, dan Jabatan: Surat bisnis dianggap sah, jika surat tersebut ditandatangani oleh pejabat yang berwenang, yaitu pemegang jabatan pimpinan suatu instansi, perusahaan, organisasi, atau lembaga. Nama jelas penanda tangan dicantumkan di bawah tanda tangan dengan huruf awal setiap kata ditulis dengan huruf kapital, tanpa diberi tanda baca apapun. Di bawah nama penanda tangan dicantumkan nama jabaran (sebagai identitas penanda tangan tersebut). Contoh:
Tanda tangan, nama jelas, dan jabatan yang salah.
(DRS. SUNGAJI ACHMAD)
Tanda tangan, nama jelas, dan jabatan yang benar.
Drs. Sungadji Achmad


Kepala


Tembusan: Kata tembusan diletakkan di sebelah kiri pada bagian kaki surat, lurus dengan kata nomor, lampiran, hal dan sejajar dengan penanda tangan surat. Kata Tembusan : ..........., (T huruf kapital) diikuti tanda titik dua, tanpa digarisbawahi. Jika pihak yang ditembusi surat ini lebih dari satu, nama-nama instansi diberi nomor surat. Akan tetapi, jika pihak yang ditembusi hanya satu, nama instasi itu tidak diberi nomor. Kemudian, dalam tembusan tidak perlu digunakan kata-kata Yth. .............. atau Kepada Yth. ..............., sebagai laoran, atau sebagai undangan resmi. Selanjutnya, pencantuman kara arsip pada nomor terakhir tidak dibenarkan. Hal itu tidak ada manfaatnya, karena sudah pasti setiap surat bisnis itu wajib memiliki arsip yang harus disimpan (dokumen). Contoh:
Penulisan tembusan yang salah

Tembusan:

1. Kepada Yth. Direktur Sarana Pendidikan (sebagai laporan)
2. Yth. Kepala Bagian Tata
Usaha (sebagai laporan)
3. Sdr. Sukijo Djarot (agar
dilaksanakan)
4. Arsip,-
Penulisan tembusan yang benar
Tembusan:
1. Direktur Sarana Pendidikan
2. Kepala Bagian Tata Usaha
3. Sdr. Sukijo Djarot
Inisial: Initial disebut juga sandi, yaitu kode pengenal yang berupa singkatan nama pengonsep dan singkatan nama orang yang mengetik surat. Inisial atau sandi berguna untuk mengetahui siapa pengonsep dan pengetik surat, sehingga jika terjadi kesalahan dalam surat tersebut, pengonsep dan pengetik surat dapat dihubungi sengan mudah. Inisial ditempatkan pada bagian paling bawah disebelah kiri.

Contohnya:
SR/gr, : yang artinya adalah
SR : singkatan nama pengonsep, Siti Rayati
gt : singkatan nama pengetik, Gatot.

Dari pembahasan mengenai surat-menyurat yang cukup panjang ini, dapatlah ditarik kesimpulan dan pokok pemikiran sebagai rangkuman ini dan misi dari makalah ini. Surat adalah satu sarana untuk menyampaikan informasi dalam bentuk tertulis dari pihak yang satu kepada pihak yang lain. Informasi ini dapat berupa pemberitahuan, pernyataan, pertanyaan, permintaan, laporan, sanggahan, pemikiran dan sebagainya. Surat sering dipandang sebagai utusan atau duta organisasi pengirim surat. Ia merupakan citra, cermin mentalitas, jiwa serta petunjuk kondisi intern dari organisasi pengirim surat. Mengingat bahwa surat merupakan duta organisasi, maka surat mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam komunikasi antar organisasi. Kedudukan surat semakin penting karena surat juga berfungsi sebagai tanda bukti tertulis yang autentik, sebagai alat pengingat dan berpikir bilamana diperlukan, sebagai dokumen historis, sebagai jaminan keamanan, sebagai pedoman bertindak, dan sebagainya.

Dengan membaca dan mencermati uraian di atas, maka penulis berharap kepada semua pihak, mulai dari pimpinan instansi, pimpinan lembaga atau organisasi serta staf karyawan/karyawati di bawahnya dapat lebih memahami arti penting dari sebuah surat, serta dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuannya tntang surat-menyurat. Tentu, pada akhirnya penulis juga berharap agar ilmu yang sudah diperoleh (tentang surat) tersebut dapat diterapkan secara benar oleh semua pihak dalam aktivitas (komunikasi) sehari-hari.


Sumber :

Arifin, E. Zainal, 1970, Penggunaan Bahasa Indonesia dalam Surat Dinas, Cetakan III, Jakarta : Medyatama Sarana Perkasa.
Bratawijaya, T.W., 1990. Surat Bisnis Modern. Cetakan V, Jakarta: Pustaka Banaman Precindo.
Sudarsa, Caca dkk, 1981. Surat-menyurat dalam Bahasa Indonesai Seri Penyuluhan 2. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.